TAFSIR
AYAT-AYAT TENTANG RISALAH
PENDAHULUAN
Segala puji bagi
Allah SWT , Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
mudah-mudahan senantiasa Allah SWT karuniakan atas penutup dan nabi
paling mulia, Muhammad, juga atas segenap keluarga, para sahabat,
para tabi’in dan tabi’ut-tabi’in serta para
pengikut setia beliau hingga akhir zaman.
Sejak diutusnya Nabi
Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul, sejak itulah kenabian dan
kerasulan berakhir. Kenabian dan kerasulan memang telah berakhir,
tetapi risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah risalah sepanjang
zaman hingga datangnya Hari Kiamat nanti.
Allah telah mengutus
rasul-Nya SAW setelah manusia berpaling dari ajaran risalah samawiyah
sebelumya. Dan menghilang, atau hampir menghilang pengaruhnya dalam
meluruskan kehidupan manusia. Maka datanglah dakwahnya yang abadi
sebagai pembaharuan dakwah tauhid yang didakwahkan oleh semua rasul.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa risalahnya adalah penyempurna bagi
risalah-risalah langit sebelumnya. Berikut dalam makalah ini akan
membahas tentang tafsir ayat-ayat yang berkenaan tentang risalah.
RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36?
- Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Baqarah ayat 213?
- Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Saba’ ayat 34?
- Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Asyura ayat 51-52?
- Bagaiman penjelasan tafsir QS. al-Ma’idah ayat 48?
- Bagaimana penjelasan tafsir QS. al-Baqarah ayat 136?
- Bagaimana penjelasan dari sisi ke-Tarbiyahannya?
PEMBAHASAN
- Penjelasan tafsir QS. al-Nahl ayat 36
ôs)s9ur
$uZ÷Wyèt/
Îû
Èe@à2
7p¨Bé&
»wqߧ
Âcr&
(#rßç6ôã$#
©!$#
(#qç7Ï^tGô_$#ur
|Nqäó»©Ü9$#
( Nßg÷YÏJsù
ô`¨B
yyd
ª!$#
Nßg÷YÏBur
ïƨB
ôM¤)ym
Ïmøn=tã
ä's#»n=Ò9$#
4 (#rçÅ¡sù
Îû
ÇÚöF{$#
(#rãÝàR$$sù
y#øx.
c%x.
èpt7É)»tã
úüÎ/Éjs3ßJø9$#
ÇÌÏÈ
“ Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada setiap umat (untuk
menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu’.
Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah, dan diantara mereka ada pula orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para
rasul).”
At-Thogut
: setiap sesembahan selain Allah, termasuk setan, tukang tenung,
berhala dan setiap orang yang menyeru kepada kesesatan.
Di
dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa mereka mencela pengutusan
seluruh nabi, dan berkata, “Sesungguhnya kami telah ditakdirkan
untuk mengerjakan perbuatan kami, maka tidak ada gunanya pengutusan
mereka itu. Sekiranya Allah menghendaki agar kami beriman kepada-Nya,
tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, menghalalkan apa yang
Dia halalkan dan tidak mengharamkan sesuatu pun di antara yang telah
kami haramkan, tentu perkaranya akan seperti apa yang Dia kehendaki.
Akan tetapi Dia tidak menghendaki selain dari pada apa yang tengah
kami lakukan, maka apa yang dikatakan oleh para rasul itu tidak lain
berasal dari diri mereka sendiri, bukan dari sisi Allah.”
Allah menjawab apa
yang mereka katakan itu adalah perkataan seperti yang pernah
dilontarkan oleh para pendusta di antara umat-umat terdahulu. Tugas
para rasul hanyalah menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti
petunjuk. Allah tidak akan membiarkan suatu umat pun
tanpa mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang
mereka melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Di antara mereka ada
orang yang memenuhi seruannya, ada pula yang disesatkan Allah
berdasarkan ilmu yang ada pada-Nya, sehingga mereka pasti menerima
ketetapan Tuhanmu, dan mendapat azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha
Kuasa. Kemudian Allah menyuruh mereka untuk mengadakan perjalanan di
muka bumi, agar mereka dapat melihat berkas-berkas para pendusta yang
ditimpa azab karena dosa yang mereka lakukan. Selanjutnya Allah
mengingatkan rasul-Nya, bahwa keinginannya yang besar agar mereka
bisa beriman tidak akan bermanfaat apa-apa baginya, karena Allah
tidak menciptakan hidayah secara paksa terhadap orang yang memilih
kesesatan bagi dirinya, sebagaimana tidak ada seorang pun dapat
menghindarkan kemurkaan dan siksaan Allah dari padanya.
Kemudian
Allah menjelaskan bahwa Dia mengingkari kekufuran hamba-hambaNya
yang berdusta, dengan menurunkan siksaan kepada mereka di dunia,
setelah para rasul memberi
peringatan kepada mereka.
Allah selanjutnya berbicara kepada Rasulnya saw, guna menghibur
beliau dari apa yang beliau lihat, seperti pengingkaran, berpaling,
dan penetapan kaumnya yang berlebihan, sedang beliau sangat
menginginkan agar mereka beriman, dan guna menjelaskan bahwa seluruh
persoalannya ada dalam kekuasaan Allah, sedang beliau tidak mempunyai
urusan dalam hal itu, walau sedikitpun. 1
2. Penjelasan
tafsir QS al- Baqarah ayat 213
tb%x.
â¨$¨Z9$#
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
y]yèt7sù
ª!$#
z`¿ÍhÎ;¨Y9$#
úïÌÏe±u;ãB
tûïÍÉYãBur
tAtRr&ur
ãNßgyètB
|=»tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
zNä3ósuÏ9
tû÷üt/
Ĩ$¨Z9$#
$yJÏù
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
4 $tBur
y#n=tG÷z$#
ÏmÏù
wÎ)
tûïÏ%©!$#
çnqè?ré&
.`ÏB
Ï÷èt/
$tB
ÞOßgø?uä!%y`
àM»oYÉit6ø9$#
$Jøót/
óOßgoY÷t/
($tBur
y#n=tG÷z$#
ÏmÏù
wÎ)
tûïÏ%©!$#
çnqè?ré&
.`ÏB
Ï÷èt/
$tB
ÞOßgø?uä!%y`
àM»oYÉit6ø9$#
$Jøót/
óOßgoY÷t/
( yygsù
ª!$#
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
$yJÏ9
(#qàÿn=tF÷z$#
ÏmÏù
z`ÏB
Èd,ysø9$#
¾ÏmÏRøÎ*Î/
3 ª!$#ur
Ïôgt
`tB
âä!$t±o
4n<Î)
:ÞºuÅÀ
?LìÉ)tGó¡B
ÇËÊÌÈ
“ Manusia itu
adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar,
untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Secara umum ayat
diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan orang-orang yang
beriman melalui nabi-Nya, agar memasuki agama Islam secara
menyeluruh, bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab,
melakukan tindakan yang bisa menimbulkan persengketaan dan
perpecahan, sungguh tidak pantas bagi orang yang telah didatangkan
kepadanya hidayah dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Al-Kitab setelah adanya
penegasan dari hidayah Ilahiah. Selanjutnya Allah menuturkan bahwa
orang yang mengingkari perkara yang hak, selalu menitikberatkan
tindakannya kepada hal-hal yang bisa memenuhi kesenangannya berupa
kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah bersifat sementara
dan sebentar. Barangsiapa berperilaku seperti mereka, maka ia akan
selalu berada dalam perselisihan dan perpecahan dengan teman sendiri.
Dalam ayat ini,
Allah selanjutnya menuturkan bahwa memakai petunjuk para nabi
merupakan keharusan dan kebutuhan manusia. Allah telah memastikan
bahwa umat manusia bagaikan umat yang satu, dimana antara yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan. Setelah itu, akal mereka
tidak mampu lagi memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan kemaslahatan
mereka serta menolak bahaya dari diri mereka masing-masing. Kemudian,
Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan dan pemberi
kabar gembira kepada mereka disertai bukti-bukti konkrit yang
memperkuat kebenaran kenabian mereka. Dan apa yang mereka dapat dari
kebenaran ini adalah datang dari sisi Allah yang Maha Kuasa dan yang
memberi pahala atau siksaan kepada mereka. Ia Maha Mengetahui apa
yang ada dalam batin mereka, sebab tidak ada sesuatupun yang luput
dari pengetahuan-Nya.
Al-Qur’an surat
al-Baqarah ayat 213 ini, menjelaskan bahwa:
Manusia adalah
makhluk sosial
Allah menciptakan
manusia dalam keadaan satu kesatuan umat, dimana satu sama lainnya
saling berhubungan dalam masalah kehidupan. Manusia tidak akan bisa
hidup, kecuali apabila antara satu dengan lainnya saling bahu
membahu. Setiap orang, hidup dari kerja masing-masing. Tetapi
kekuatan jasmani dan akalnya sangat terbatas, sehingga ia tidak akan
mampu memenuhi semua kebutuhannya, kecuali apabila ia berhimpun
dengan teman-temannya membentuk suatu kekuatan. Dalam peristilahan
Ilmu Sosial dikenal bahwa, Manusia adalah makhluk sosial.
Agama
menganjurkan persatuan dan keserasian
Kita
telah menyaksikan bahwa agama pada awal pertumbuhannya
berusaha menghimpun persatuan dan menyingkirkan hal-hal yang bisa
menimbulkan perselisihan dalam jiwa penganut-penganutnya. Dalam jiwa
mereka rasa persaudaraan yang kuat melebihi persaudaraan satu nasab.
Tersebutlah bahwa masing-masing sahabat nabi lebih mementingkan
keperluan saudara seagama daripada dirinya baik yang berkaitan dengan
harta benda maupun jiwa. Ia rela mengorbankan nyawa demi saudara
seagama yang belum tentu ia lakukan terhadap saudara senasab. 2
Sangat
buruk berselisih dalam tujuan, lebih-lebih setelah datang/ jelasnya
petunjuk Allah SWT. Berbeda pendapat dalam cara mencapai tujuan
tidaklah terlarang, karena perbedaan itu akan dapat diatasi jika
terjalin hubungan baik dan masing-masing menjauhi kepentingan
pribadi/ kelompok.3
3.
Penjelasan
tafsir QS. al-Saba’ ayat 34
!$tBur
$uZù=yör&
Îû
7ptös%
`ÏiB
@ɯR
wÎ)
tA$s%
!$ydqèùuøIãB
$¯RÎ)
!$yJÎ/
OçFù=Åöé&
¾ÏmÎ/
tbrãÏÿ»x.
ÇÌÍÈ
“Dan Kami tidak
mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya
Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya".
Ayat
ini menyatakan: dan
Kami sekali-kali
tidak
mengutus kepada sesuatu
penduduk negeri
seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-penghuninya yang
hidup mewah dan
berfoya-foya di negeri itu berkata
kepada
para pemberi peringatan itu: “Sesungguhnya
kami menyangkut apa yang kamu diutus untuk menyampaikan-nya
adalah orang-orang kafir, yakni
menolak dan tidak percaya”.
Dan
mereka dengan
bangga dan angkuh berkata
juga
bahwa: “Kami
memiliki
lebih
banyak harta anak-anak dari
pada kamu wahai orang-orang beriman, dan
kami sekali-kali tidak akan disiksa seandainya
Kiamat itu ternyata ada karena Tuhan mencintai kami. Cinta-Nya
terbukti dengan banyaknya harta dan pengikut kami.”
Kata
(مترفوها)
mutrafuuhaa
terambil
dari kata (ترف)
taraf,
yaitu
kenikmatan yang luas yang mengantar kepada hidup berfoya-foya dan
lupa diri. Bentuk
kata yang digunakan ayat ini bermakna orang-orang
yang diberi nikmat yang luas. Pemberinya
tentu saja Allah swt. Penggunaan bentuk pasif itu memberi kesan bahwa
mereka melupakan Allah dan, dengan demikian, mereka diundang untuk
mengingat-Nya. 4
4. Penjelasan tafsir
QS. al-Asyura ayat 51-52
$tBur
tb%x.
A|³u;Ï9
br&
çmyJÏk=s3ã
ª!$#
wÎ)
$·ômur
÷rr&
`ÏB
Ç!#uur
A>$pgÉo
÷rr&
@Åöã
Zwqßu
zÓÇrqãsù
¾ÏmÏRøÎ*Î/
$tB
âä!$t±o
4 ¼çm¯RÎ)
;Í?tã
ÒOÅ6ym
ÇÎÊÈ
“Dan
tdak terjadi bagi seorang manusia
bahwa dia diajak berbicara
oleh Allah kecuali dengan wahyu atau di belakang tabir atau dengan
mengutus seorang utusan lalu mewayukan kepadanya dengan seizin-Nya
apa yang Dia kehendaki . Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha
Bijaksana.”
Dan
tidak ada kemungkinan terjadi
bagi seorang manusia bahwa dia diajak berbicara
oleh Allah
yakni diberi informasi oleh-Nya kecuali
dengan wahyu yakni “pencampakan”
informasi secara cepat ke dalam kalbunya tanpa perantara
siapa pun atau dibelakang tabir
yakni dengan cara memperdengarkan “suara” tanpa si
pendengar dapat melihat pembicaranya atau
dengan mengutus seorang utusan
yakni malaikat yang dapat dilihat atau dirasakan kehadirannya
dan didengar suaranya lalu sang malaikat itu mewahyukan dari
saat ke saat kepadanya, yakni menyampaikan informasi Allah itu
secara cepat penyampaian yang dilakukan dengan seizin-Nya tentang
apa yang Dia, yakni Allah SWT kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Kalam
Allah atau
redaksi yang mengesankan adanya persamaan antara Allah dan manusia
bahkan makhluk, harus segera dipahami bahwa hakikat keduanya
tidaklah sama, karena ”Tidak ada yang serupa dengan-Nya”. Kita
dapat menyimpulkan bahwa percakapan ini bermakna ‘dipahaminya apa
yang hendak disampaikan Allah oleh objek yang dipilihnya’.
Dia Maha Tinggi
lagi Maha Bijaksana, merupakan penjelasan kandungan
tentang wahyu karena Allah Maha Tinggi, maka percakapan-Nya tidaklah
sama dengan percakapan makhluk, tidak juga sama dengan percakapan
seseorang dengan yang lain. Dia juga Maha Bijaksana, sehingga Dia
hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara, serta informasi
dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan
kemaslahatannya.
Ayat 52
y7Ï9ºxx.ur
!$uZøym÷rr&
y7øs9Î)
%[nrâ
ô`ÏiB
$tRÌøBr&
4 $tB
|MZä.
Íôs?
$tB
Ü=»tGÅ3ø9$#
wur
ß`»yJM}$#
`Å3»s9ur
çm»oYù=yèy_
#YqçR
Ïök¨X
¾ÏmÎ/
`tB
âä!$t±®S
ô`ÏB
$tRÏ$t6Ïã
4 y7¯RÎ)ur
üÏöktJs9
4n<Î)
:ÞºuÅÀ
5OÉ)tGó¡B
ÇÎËÈ
“Dan
demikianlah kami telah mewahyukan kepadamu ruh dari urusan Kami.
Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah al-Kitab dan tidak (pula)
al-iman tetapi Kami menjadikannya cahaya, yang Kami menunjuki
dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lebar
yang lurus. Jalan Allah yang milik-Nya segala apa yang ada di
langit dan di bumi . Ingatlah, bahwa kepada Allah kembali semua
urusan.”
Rasul memperoleh
wahyu dengan perantara malaikat jibril, dan juga memperolehnya dalam
keadaan tidur (mimpi).Thabathaba’i juga menyebut pendapat yang
menyatakan kata kadzalika menunjuk kepada wahyu-wahyu yang diterima
oleh para nabi yang lalu. Maka yang dimaksud ruh adalah malaikat
jibril As yang di istilahkan dengan ar-Ruh
al-Amin.
Pernyataan bahwa
Nabi saw. sebelum ini tidak mengetahui
tentang al-iman bukan berarti bahwa beliau tidak beriman
kepada Allah swt, tetapi yang dinafikan ayat di atas adalah tentang
iman dalam perinciannya. Itu sebabnya ayat di atas tidak menyatakan
sebelumnya engkau bukanlah seorang mukmin. 5
5. Penjelasan
tafsir Q.al-Maidah ayat 48
!$uZø9tRr&ur
y7øs9Î)
|=»tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
$]%Ïd|ÁãB
$yJÏj9
ú÷üt/
Ïm÷yt
z`ÏB
É=»tGÅ6ø9$#
$·YÏJøygãBur
Ïmøn=tã
( Nà6÷n$$sù
OßgoY÷t/
!$yJÎ/
tAtRr&
ª!$#
( wur
ôìÎ6®Ks?
öNèduä!#uq÷dr&
$£Jtã
x8uä!%y`
z`ÏB
Èd,ysø9$#
4 9e@ä3Ï9
$oYù=yèy_
öNä3ZÏB
Zptã÷Å°
%[`$yg÷YÏBur
4 öqs9ur
uä!$x©
ª!$#
öNà6n=yèyfs9
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
`Å3»s9ur
öNä.uqè=ö7uÏj9
Îû
!$tB
öNä38s?#uä
( (#qà)Î7tFó$$sù
ÏNºuöyø9$#
4 n<Î)
«!$#
öNà6ãèÅ_ötB
$YèÏJy_
Nä3ã¥Îm6t^ãsù
$yJÎ/
óOçGYä.
ÏmÏù
tbqàÿÎ=tFørB
ÇÍÑÈ
“Dan
kami telah turunkan kepadamu Alqur’an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu , Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kami dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu.”
Pengertian secara
umum yaitu, setelah Allah SWT menurunkan Taurat, lalu Injil kepada
Bani Israil, dan Dia terangkan petunjuk maupun cahaya yang Dia
pesankan dalam kedua kitab itu, serta Dia jelaskan pula kewajiban
yang harus mereka tunaikan untuk menegakkan keduanya, serta
ancaman-Nya terhadap mereka berupa hukuman apabila tidak menggunakan
kedua kitab tersebut dalam memutuskan perkara, maka sesudah itu,
Allah terangkan disini, Dia telah menurunkan Alqur’an ini di antara
kitab-kitab lain sebelumnya.
Diriwayatkan dari
Qatadah dalam penafsirannya tentang Syir’atan wa minhajan, dia
mengatakan bahwa maksudnya ialah jalan dan sunnah. Adapun sunnah itu
berbeda-beda. Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya
syari’at tersendiri dan Alqur’an pun punya syari’at tersendiri.
Dalam hal ini, Allah menghalalkan pada masing-masing yang Dia
kehendaki dan mengharamkan apa yang Dia kehendaki. Maksudnya supaya
diketahui siapa yang taat kepada-Nya dan siapa yang tidak. Akan
tetapi, Ad-Din yang tidak menerima lainnya adalah tauhid dan ikhlas,
dan inilah yang dibawa oleh semua utusan Allah. Juga diriwayatkan
dari Qatadah, bahwa dia mengatakan lagi : Ad-Din atau agama adalah
satu, sekalipun syari’atnya berbeda-beda.
Dengan demikian bisa
dimengerti, bahwa yang dimaksud syari’at ialah hukum-hukum amaliah
yang berbeda-beda menurut masing-masing rasul yang datang kemudian
menghapuskan syari’at sebelumnya. Sedang Ad-Din adalah
prinsip-prinsip permanen yang tidak berubah, sekalipun berbeda nabi.6
6. Penjelasan
tafsir QS. al-Baqarah ayat 136
(#þqä9qè%
$¨YtB#uä
«!$$Î/
!$tBur
tAÌRé&
$uZøs9Î)
!$tBur
tAÌRé&
#n<Î)
zO¿Ïdºtö/Î)
@Ïè»oÿôÎ)ur
t,»ysóÎ)ur
z>qà)÷ètur
ÅÞ$t6óF{$#ur
!$tBur
uÎAré&
4ÓyqãB
4Ó|¤Ïãur
!$tBur
uÎAré&
cqÎ;¨Y9$#
`ÏB
óOÎgÎn/§
w
ä-ÌhxÿçR
tû÷üt/
7tnr&
óOßg÷YÏiB
ß`øtwUur
¼çms9
tbqãKÎ=ó¡ãB
ÇÊÌÏÈ
“Katakanlah-
hai para mukmin kepada mereka: "Kami telah beriman kepada Allah
dan kitab yang diturunkan kepada
Kami dan kepada hukum-hukum yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,
Ishaq, Ya'qub dan kepada anak-anaknya-yang dua belas itu-dan kepada
apa yang diberikan kepada Musa dan Isa-Taurat dan Injil-dan kepada
apa yang diberikan kepada Nabi-nabi-yang disebut itu atau
selainnya-dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorang dari rasul-rasul-Nya dan hanya kepada-Nyalah kami
menyerahkan diri.”7
Ayat ini memberi
petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam bertukar
pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan
agama lain dan sebagainya.
Al-Asbat
ialah anak cucu Nabi Ya’kub a.s. yang dimaksud dengan “beriman
kepada nabi-nabi” yang tersebut diatas ialah beriman kepada nabi
Allah, yang telah diperintahkan mengajak
orang pada masanya beriman kepada Allah. Prinsip-prinsip pokok
agama yang dibawa oleh nabi adalah sama, yaitu ketauhidan.
Agama Ibrahim adalah
agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah, bukan agama yang
mempersekutukan Allah. Agama yang telah dimasuki unsure syirik dan
campur tangan manusia, bukanlah agama Ibrahim dan bukan agama Allah.
Iman kepada para nabi dan rasul serta iman kepada kitab-kitab yang
diturunkan Allah kepadanya termasuk Rukun Iman.8
7. Penjelasan dari
sisi ke-Tarbiyahannya
Dari
beberapa ayat tentang risalah yang dibahas,terdapat hubungan
ayat-ayat tersebut dengan pendidikan
diantaranya:
Guru adalah panutan
murid, seorang guru harus menyampaikan ilmu yang dimilikinya dengan
ikhlas karena Allah.
Sebagai guru, selain
ilmu (materi) yang diajarkan, juga harus mendo’akan muridnya supaya
ilmu yang diberikan menjadi bermanfaat.
Ketika telah
mencapai usaha yang maksimal dalam memberikan ilmu, serahkan semuanya
kepada Allah, sebagaimana seorang utusan yang menyerahkan keputusan
akhir pada Allah.
Sebagai murid harus
patuh terhadap guru, dalam hal ini mengamalkan perbuatan baik yang
disampaikan guru.
Mendo’akan guru
agar selalu berada dalam kebenaran ketika menyampaikan ilmu.
Menerima ilmu dengan
ikhlas, supaya transfer ilmu dapat maksimal.
Memulyakan guru,
karena guru adalah sosok penyampai ilmu sebagaimana rosul
menyampaikan risalah.
KESIMPULAN
Tugas para rasul
hanyalah menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah
tidak akan membiarkan suatu umat pun tanpa
mengutus seorang pemberi petunjuk kepada mereka, dan melarang mereka
melakukan kesesatan serta kemusyrikan. Qur’an
surat al-Baqarah ayat 213 mengandung dua komponen yakni, manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dan
agama sangat menganjurkan persatuan serta keserasian.
Surat
as-saba’ ayat 34 menyatakan: dan Allah
sekali-kali tidak
mengutus kepada sesuatu penduduk negeri
seorang pemberi peringatan pun, melainkan penghuni-penghuninya yang
hidup mewah dan berfoya-foya. Allah
Maha Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk
diajak berbicara, serta informasi dan tuntunan yang
disampaikan-Nya adalah yang sangat sesuai dengan kemaslahatan.
Taurat punya
syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an
pun punya syari’at tersendiri. Surat al-Baqarah
ayat 136 memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan
dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara
asas suatu agama dengan agama lain.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi dan penulisan.
Maka, kritik dan saran dinantikan pemakalah demi perbaikan. Atas
perhatiaanya kami menyampaikan terimakasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Ash
Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku, Al-Bayan, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2002.
Al-Maraghi,
Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi 2, Semarang: Toha
Putra,1987.
---------------,Tafsir
Al-Maraghi 6, Semarang:Toha Putra, 1987.
--------------,Tafsir
Al-Maraghi 14, Semarang: Toha Putra, 1987.
Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Tafsirnya Jilid 1, Jakarta: Lentera
Abadi, 2010.
Shihab,
M. Quraish, Al-Lubab, Tangerang: Lentera Hati, 2012.
Shihab,
M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Volume 10, Jakarta: Lentera Hati,
2002.
------------------------,Tafsir
Al-Misbah Volume 12, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
1
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi 14, (Semarang:Toha Putra,
1992), hlm. 141-146.
2
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi 2, (Semarang:Toha Putra,
1987), hlm. 210-217.
3
M. Quraish Shihab,
Al-Lubab, (Tangerang: Lentera Hati
,2012), hlm.69.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah Volume 10 (Jakarta: Lentera
Hati, 2009), hlm. 628-629.
5
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah
volume 12, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hlm.
.525-530.
6
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi 6, (Semarang:Toha Putra,
1987), hlm. 235-239..
7
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,
Al-Bayan, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2002), hlm. 52
8
Kementerian Agama RI,
Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1,
(Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 212-214.
Kembali ke Santri Suwung
Kembali ke Santri Suwung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar